Selasa, 06 November 2012

Adaptasi Psikologis Ibu Nifas

Masa nifas merupakan masa yang paling kritis dalam kehidupan ibu maupun bayi, diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Dalam memberikan pelayanan pada masa nifas, bidan menggunakan asuhan yang berupa memantau keadaan fisik, psikologis, spiritual, kesejahteraan sosial ibu/keluarga, memberikan pendidikan dan penyuluhan secara terus menerus. Dengan pemantauan dan asuhan yang dilakukan pada ibu dan bayi pada masa nifas diharapkan dapat mencegah atau bahkan menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.
Perubahan psikologis mempunyai peranan yang sangat penting. Pada masa ini, ibu nifas menjadi sangat sensitive, sehingga diperlukan pengertian dari keluarga-keluarga terdekat. Peran bidan sangat penting dalam hal memberi pegarahan pada keluarga tentang kondisi ibu serta pendekatan psikologis yang dilakukan bidan pada ibu nifas agar tidak terjadi perubahan psikologis yang patologis.
Setelah proses kelahiran tanggung jawab keluarga bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir, dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan dukungan positif bagi ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan melalui fase-fase sebagai berikut :

1. Fase Taking In
Fase ini merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat ini fokus perhatian ibu terutama pada bayinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahannya membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungannya.
Oleh karena itu kondisi ini perlu dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik. Pada fase ini, perlu diperhatikan pemberian ekstra makanan untuk proses pemulihannya, disamping nafsu makan ibu yang memang sedang meningkat.

2. Fase Taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase taking hold, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaan yang sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-hati. Oleh karena itu ibu memerlukan dukungan karena sat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.

3. Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.
Banyak ketakutan dan kekhawatiran pada ibu yang baru melahirkan terjadi akibat persoalan yang sederhana dan dapat diatasi dengan mudah atau sebenarnya dapat dicegah oleh staf keperawatan, pengunjung dan suami, bidan dapat mengantisipasi hal-hal yang bias menimbulkan stress psikologis. Dengan bertemu dan mengenal suami serta keluarga ibu, bidan akan memiliki pandangan yang lebih mendalam terhadap setiap permasalahan yang mendasarinya.
Fase-fase adaptasi ibu nifas yaitu taking in, taking hold dan letting go yang merupakan perubahan perasaan sebagai respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan dan akan kembali secara perlahan setelah ibu dapat menyesuaikan diri dengan peran barunya dan tumbuh kembali pada keadaan normal.
Walaupun perubahan-perubahan terjadi sedemikian rupa, ibu sebaiknya tetap menjalani ikatan batin dengan bayinya sejak awal. Sejak dalam kandungan bayi hanya mengenal ibu yang memberinya rasa aman dan nyaman sehingga stress yang dialaminya tidak bertambah berat.

Post Partum Blues
Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya. Keadaan ini disebut baby blues, yang disebabkan oleh perubahan perasaan yang dialami ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Perubahan perasaan ini merupakan respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan. Selain itu, juga karena semua perubahan fisik dan emosional selama beberapa bulan kehamilan.
Disini hormon memainkan peranan utama dalam hal bagaimana ibu bereaksi terhadap situasi yang berbeda. Setelah melahirkan dan lepasnya plasenta dari dinding rahim, tubuh ibu mengalami perubahan besar dalam jumlah hormone sehingga membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri. Disamping perubahan fisik, hadirnya seorang bayi dapat membuat perbedaan besar pada kehidupan ibu dalam hubungannya dengan suami, orang tua, maupun anggota keluarga lain. Perubahan ini akan kembali secara perlahan setelah ibu dapat menyesuaikan diri dengan peranan barunya dan tumbuh kembali dalam keadaan normal.
Post partum blues ini dialami 80% wanita setelah bersalin yaitu merupakan semacam perasaan sedih atau uring-uringan yang melanda ibu dan timbul dalam jangka waktu dua hari sampai dua minggu pasca persalinan
Etiologi : berbagai perubahan yang terjadi dalam tubuh wanita selama kehamilan dan perubahan cara hidupnya sesudah mempunyai bayi, perubahan hormonal, adanya perasaan kehilangan secara fisik sesudah melahirkan yang menjurus pada suatu perasaan sedih.
Penyebab yang menonjol adalah :
a. Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang dialami kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan.
b. Rasa sakit pada masa nifas
c. Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan
d. Kecemasan ketidakmampuan merawat bayi setelah pulang dari rumah sakit
e. Rasa takut tidak menarik lagi bagi suami.
Gejala-gejalanya antara lain: Sangat emosional, sedih, khawatir, kurang percaya diri, mudah tersinggung, merasa hilang semangat, menangis tanpa sebab jelas, kurang merasa menerima bayi yang baru dilahirkan, sangat kelelahan, harga diri rendah, tidak sabaran, terlalu sensitive, mudah marah dan gelisah.

Hal-hal yang dapat dilakukan seorang bidan :
a. Menciptakan ikatan antara bayi dan ibu sedini mungkin
b. Memberikan penjelasan pada ibu, suami dan keluarga bahwa hal ini merupakan suatu hal yang umum dan akan hilang sendiri dalam dua minggu setelah melahirkan.
c. Simpati, memberikan bantuan dalam merawat bayi dan dorongan pada ibu agar tumbuh rasa percaya diri
d. Memberikan bantuan dalam merawat bayi
e. Menganjurkan agar beristirahat yang cukup dan makan makanan yang bergizi
Post partum blues ini apabila tidak ditangani secara tepat dapat menjadi lebih buruk atau lebih berat, post partum yang lebih berat disebut post partum depresi (PPD) yang melanda sekitar 10% ibu baru.
Gejala-gejalanya : sulit tidur bahkan saat bayi telah tidur, nafsu makan hilang, perasaan tidak berdaya atau kehilangan control, terlalu cemas atau tidak perhatian sama sekali pada bayi, tidak menyukai atau takut menyentuh bayi, pikiran yang menakutkan mengenai bayi, sedikit atau tidak ada perhatian terhadap penampilan pribadi, gejala fisik seperti banyak wanita sulit bernafas atau perasaan berdebar-debar. Jika ditemukan sejak dini penyakit ini dapat disembuhkan dengan obat-obatan dan konsultasi dengan psikiater, jika depresi yang ibu alami berkepanjangan mungkin ibu perlu perawatan dirumah sakit.
Oleh karena itu penting sekali bagi seorang bidan untuk mengetahui gejala dan tanda dari post partum blues sehingga dapat mengambil tindakan mana yang dapat diatasi dan mana yang memerlukan rujukan kepada yang lebih ahli dalam bidang psikologi.

Kesedihan dan Duka Cita
a. Kemurungan Masa Nifas
Kemurungan masa nifas normal saja dan disebabkan perubahan dalam diri seseorang wanita selama kehamilan serta perubahan irama/cara kehidupannya setelah bayi lahir. Seorang ibu lebih beresiko mengalami kemurungan pasca bersalin, karena ia masih mudah mempunyai masalah dalam menyusui bayinya. Kemurungan pada masa nifas adalah hal yang umum, dan perasaan-perasaan demikian biasanya hilang sendiri dalam dua minggu sesudah melahirkan.

b. Terciptanya Ikatan Ibu dan Bayi
Menciptakan terjadinya ikatan ibu dan bayi dalam jam pertama setelah kelahiran adalah dengan cara mendorong pasangan untuk memegang dan memeriksa bayinya, memberi komentar positif tentang bayinya, meletakan bayinya disamping ibunya. Berikan privasi pada pasangan tersebut untuk sendiri saja bersama bayinya kemudian redupkan lampu ruangan agar bayi membuka matanya. Tangguhkan perawatan yang tidak begitu penting sampai sesudah pasangan orangtua bayi, dapat berinteraksi dengan bayinya selama masih dalam keadaan bangun.
Perilaku normal orang tua untuk menyentuh bayinya ketika mereka pertama kali melihat bayinya yaitu dengan meraba atau menyentuh anggota badab bayi dengan telapak tangan dan menggendongnya dilengan dan memposisikanya sedemikian rupa sehingga matanya bertatapan langsung dengan mata bayi.
c. Tanda dan Gejala serta Etiologi Kemurungan Masa Nifas
Tanda dan gejalanya: sangat emosional, sedih, khawatir, mudah tersinggung, cemas, merasa hilang semangat, mudah marah, sedih tanpa ada sebabnya, menangis berulang kali.
Etiologi: berbagai perubahan yang terjadi dalam tubuh wanita selama kehamilan dan perubahan dalam cara hidupnya sesudah mempunyai bayi. Perubahan hormonal yang cepat sementara tubuh kembali pada keadaan tidak hamil dan sementara proses menyusui telah terjadi. Kemurungan dapat menjadi semakin parah oleh adanya ketidaknyamanan jasmani, rasa letih, stress, atau kecemasan yang tidak diharapkan karena adanya ketegangan dalam keluarga atau adanya cara penanganan yang tidak peka oleh para petugas.
Penatalaksanaan secara tradisional dan kebidanan (mungkin saja sama) bagi adanya kemurungan pada masa nifas. Berikan kesempatan luas pada ibu yang baru untuk bertanya, bicarakan apa yang terjadi selama proses persalinan dan biarkan ibu mengungkapkan apa yang dirisaukanya. Biarkan bayi bersama ibunya, dan berikan dukungan atau dorongan pada ibu untuk merawat bayinya.
Ibu yang mempunyai resiko tinggi yang mempunyai reaksi psikologis lebih parah daripada kemurungan masa nifas adalah Ibu yang rasa percaya dirinya rendah, ibu yang tidak mempunyai jaringan dukungan, ibu yang bayinya meninggal atau menyandang masalah. Tanta-tanda dan gejala ibu yang mengalami atau mempunyai reaksi psikologis yang lebih parah daripadakemutungan masa nifas dan bagaimana penatalaksanaan kebidananya?
Tanda-tanda dan gejala: Tidak bisa tidur atau tidak bernafsu makan, merasa ia tidak dapat merawat dirinya sendiri atau bayinya, berfikir untuk menciderai dirinya sendiri atau bayinya, dan seolah mendengar suara-suara atau tidak dapat berfikir secara jernih, perilakunya aneh, kehilangan sentuhan atau hubungan dengan kenyataan, halusinasi atau khayalan, dan menyangkal bahwa bayi yang dilahirkan bukan anaknya.
Penatalaksanaan: Banyak perempuan dibawah depresi yang biasa menanggapi atau dipengaruhi oleh dorongan atau bujukan dan dukungan fisik yang diberikan oleh bidan atau anggota keluarganya. Bila seorang ibu tidak bereaksi positif terhadap dorongan atau dukungan yang diberikan atau ia tetap menunjukan perilaku aneh (mendengar suara-suara, berada diluar kenyataan, halusinasi atau berkhayal, dan menolak bayinya) atau ia berfikir untuk menciderai dirinya sendiri atau bayinya, ia harus dirujuk kepada seorang ahli yang mampu menangani masalah psikologis. Ia mungkin memerlukan pengobatan khusus untuk membantu mengatasi keaadaanya.

Ambarwati. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Walsh, Linda. V. 2003. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Situs Web: http://the2w.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar